Aku Tidak Berharap Untuk Menjadi Orang yang Terpenting Dalam Hidupmu karena itu Merupakan Permintaan yang Terlalu Besar Bagiku.... Aku Hanya Berharap Suatu Saat Nanti Jika Kau Melihatku... Kau Tersenyum dan Berkata... "Dialah Orang yang Selalu Menyayangiku..."//

2011/12/25

Cinta

Puisi kahlil gibran
cinta
AKU bicara perihal Cinta????…
Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan pabila sayapnva memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.
Dan kalau dia bicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik taman.
Karena sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia
kan menyalibmu.
Sebagaimana dia ada untuk pertumbuhanmu, demikian pula dia ada untuk pemanakasanmu.
Sebagaimana dia mendaki kepuncakmu dan membelai mesra ranting-rantingmu nan paling lembut yang bergetar dalam cahaya matahari.
Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu dan mengguncang-guncangnya di dalam cengkeraman mereka kepada kami.
Laksana ikatan-ikatan dia menghimpun engkau pada dirinya sendiri.
Dia menebah engkau hingga engkau telanjang.
Dia mengetam engkau demi membebaskan engkau dari kulit arimu.
Dia menggosok-gosokkan engkau sampai putih bersih.
Dia merembas engkau hingga kau menjadi liar;
Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya.
Sehingga engkau bisa menjadi roti suci untuk pesta kudus Tuhan.
Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta, supaya bisa kaupahami rahasia hatimu, dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.
Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.Maka lebih baiklah bagimu kalau kaututupi ketelanjanganmu dan menyingkir dari lantai-penebah cinta.
Memasuki dunia tanpa musim tempat kaudapat tertawa, tapi tak seluruh gelak tawamu, dan menangis, tapi tak sehabis semua airmatamu.

Kenangan

Ibarat awan berarak menderu
Menghentak seluruh kesadaranku
Tak mampu pada wadahku
Getir pahit bersahutan menyatu
Kala kesedihan mendayung
Menggenggam lengan lembayung
Ombak romansa bergulung
Tampilkan lautan kalbu terkurung
Dalam diam jeritku
Ingin kugadaikan sukma jiwaku
Membeli sang waktu
Yang congkak melangkah bisu
Tinggallah tatapan nanar berkaca
Kalimat-kalimat yang bisu bersuara
Roh yang pergi meninggalkan sukma
Separuh kosong tanpa jiwa

Dari nurani Untuk Rasa Oleh Jiwa

ketika aku terdiam
memandang sosok yang indah,,ketika itu pula hati kecil bicara..
dan ketika hati kecil bicara,,
nuraniku mengatakan “setialah untuk yang menunggumu disana”

lalu pikiranku menjawabnya dengan tegas “tentu aku setia”
karena aku hanya ingin hari itu,saat dia mengucap “selamat tinggal kekecewaan”,
itu menjadi hari terakhir aku mengecewakannya
setidaknya kini aku berusaha mewujudkan keinginannya

masa lalu biarlah berlalu,aku memang cukup senang dengan masa itu
tapi aku tak ingin mengulang waku itu…
lebih baik aku memandang kedepan
karena Tuhan dengan sempurna meletakkan kedua mataku di depan

suatu hari ucapannya itu akan disempurnakan
“selamat tinggal kekecewaan untuk selama-lamanya”
amanah hatiku adalah setiaku,selalu..

cinta kecilku

cinta kecilku,semenjak aku menemukanmu
kau kikis dan kau obati piluku di masa lalu
membawa terang cahaya nan biru…
cinta kecilku,aku menyebutmu demikian
bukan berarti hanya setetes cinta yang kuberikan
tapi aku lelah berjanji,untuk suatu hal yang tak bisa dipastikan…
cinta kecilku,cinta kita bersuntingkan rafflesia
sebuah bunga yang sering kusebut dalam segala rasa
meski nasibnya tak pernah menjanjikan keharuman
tetapi rafflesia ini tak pernah layu
cinta kecilku,malam ini aku merindukanmu….

Jalan Mimpi

Seuntai ucapan lembut,
terangkai dlm rajutan indah kata” pesona sang penjaga mimpi.
Terangkai nada merdu saat sang sabit menguncup malu.
Terhampar nyata sempurna
dlm lukisan Tuhan pd langit bertabur bintang bgai nirwana.
Nirwana bias mimpi indah seolah nyata dlm bilik terpejam sayu,
lentik sinar matamu.
q terjaga menemani lelapmu,
seakan q melihatmu tersenyum tersipu malu.
Seolah ingin berbisik dlm lentik indah sinar matamu, dlm cekung tipis rekah bibrmu,
Mimpi indah kan slalu ada dlm lelap lelahmu
“Sajak sang penjaga mimpi***

2011/12/19

Yang Terjadi


Apa yang akan terjadi pada Diri

Sudah tertulis di Kabut Gunung Giri

Walau seperti menguap di Tengah Hari

Itu masih nyata tertera di Cosmic Memory

Tapi aku harus terus Menyanyikan Lagu

Itulah hiburan melepas Rindu Kalbuku

Rindu kepada yang pernah menemaniku semasa waktu

Kepada Dia yang membuatku terlena

Aku tak mampu

Membuat jadi lebih baik seseorang

Biar kubaca Puisi hanya untuk Batu Karang

Karena Rinduku kepadaNya, Dulu dan Sekarang

2011/12/18

Senja Yang Indah


Saat matahari mulai terbenam

Aku melihatmu tersenyum di sampingku

Aku tak berkedip menatap matamu

Bagiku, matamu begitu sempurna

Hari itu

Aku merasakan denyut nadimu

Detakan keras jantungmu

Harum nafasmu

Juga hangat cintamu

Kini tentangmu kujadikan crita sebelum tertidur

Ku jadikan bayang kerinduan sebelum terlelap

Dan Ku jadikan Pelabuhan di alam mimpi

Jiwa ini, Hati ini, Hidup ini begitu merindukanmu

Engkau adalah kisah terindahku

2011/12/17

Untuk Ku


Lidah membuat kita terluka

Hingga…

Ego membuat kita terpisah

Aku pergi ke heningan malam

Engkau pergi ke ujung jalan

Tanpa menoleh lagi kebelakang

Di tepi pasir putih ini

Aku kembali merenungimu

Mengapa pengorbanan untuk cinta kita

Tak di anggap ada

Aku kembali kesini

Tempat di saat kita berpisah

Karena rinduku padamu

Berharap kau berfikiran sama

Kembalilah untukku dari ujung jalan sana

2011/12/16

Lagu Rindu


Teringat ucapan mu padaku

Tunggulah aku bersama cintaku dan kesetiaanku

Dan ku katakan padamu

Bahwa aku akan menunggumu

Suaramu di seberang sana

Mengobati rasa sakit karena rindu

Rasa curiga yang berkecamuk di dada

Namun hanya sekejap saja

Aku memang menunggumu

Selalu menunggumu

Mempertahankan rindu ku

Mengagungkan cinta ku

Aku ingin kaupun begitu

Tetap merindui ku

Mengingat setiap waktu yang telah kita lalui

Dan akan kembali kepadaku lagi

2011/12/15

Selalu Merindu


Rindu adalah tali yang tak pernah putus

Merentang di tiang hati, di tiang mimpi

Kadangkala di singgahi burung yang mengelakkan kabut

Pada pagi dingin yang mengaburkan sinar matahari

Rindu adalah tiang yang tak pernah tumbang

Tegak dilorong kehidupan, disepanjang labuh usia

Disitu tergantung lampu kenangan dan ingatan

Biarpun hari semakin tua dan kelam sudah bermula

Rindu adalah lorong yang tak pernah tertutup

Dari musim ke musim ia menjadi laluan

Pengembara yang mencari cintanya yang hilang

Disitu rumput yang telah lama bertukar warna

Bunga dan daun silih berganti segar dan kuncup

Rindu adalah musim yang tak pernah tentram

Resah datang gelisah berulang mengusik nasib

Hanya dzikir dan do’a menjadi penawar mereda pedih dan sakit

Dan sesekali puisi menjadi nyanyian yang mengharukan

Dalam senyap air mata perlahan-lahan menitik

Sumber : www.AsianBrain.com. (Nurasiyah dan Imat R.)

2011/12/14

Rindu


Akan ke manakah angin melayang

Tatkala turun senja nan muram

Pada siapa lagu kuangankan

Kelam dalam kabut rindu tertahan

Datanglah engkau berbaring di sisiku

Turun dan berbisik tepat di sampingku

Belenggulah seluruh tubuh dan sukmaku

Kuingin menjerit dalam pelukanmu

Akan kemanakah berarak awan

Bagi siapa mata kupejamkan

Pecah bulan dalam ombak lautan

Dahan-dahan di hati berguguran

Sumber : www.AsianBrain.com. (Emha Ainun Nadjib)

2011/12/13

Cinta dan Rinduku Padamu


Adakah engkau disana sepertiku

Memasuki dunia hayalanku yang mencaci

Aku berhayal berduaan dengan mu

Dimana aku dapat tertawa bersamamu, menggenggam tanganmu

Wahai cintaku disana

Mengapa kau tak mengenaliku

Kau tak tahu apa yang ada di hatiku

Kau tak tahu jika aku memandangi wajah indahmu

Adakah engkau disana sepertiku

Yang tidak sadarkan diri akan cinta yang bersemi

Yang tak mampu mengucapkan kedalaman kerinduan

Saat berhadapan dengan mu

Aku yang terkurung di ruang cinta dan kerinduan ku

Tak dapat berucap padamu, bahkan walau telah menyentuhmu

Setiap menatap matamu terasa menusuk ke jantung hati ku

Engkau cintaku, cinta terpendamku

Engkau rinduku, rindu tak bertuanku.

2011/12/12

Kerinduan


Meski sejenak bertemu, aku bahagia bisa kembali melihatmu

Di batas-batas kerinduan dan kehampaan tak terasa airmata menetes di pipiku

Hati yang mati suri, tiba-tiba terjaga dan berkata bahwa sesungguhnya rasa masih ada

Baru kumengerti bahwa rasa tak pernah pergi dan sepertinya takkan terganti

Sekeras apapun kumencoba, selemah apapun daya tuk mengingatnya

Hati miliki pilihannya sendiri yang tak bisa diatur oleh akal

Kukira aku sudah berhenti berharap di sekian waktu yang lalu

Kukira aku tak punya lagi hasrat untuk bertemu

Kukira aku takkan lagi melihatmu seindah seperti dulu

Hingga kemarin aku tahu bahwa segalanya tak ada yang berubah

Hanya setumpuk perkiraanku saja yang salah

Sumber: Angrek biru

2011/12/10

PUISI RINDU

Jika bintang-bintang sudah tidak dapat lagi menemani
Biarlah ku nikmati kesunyian ini
Jika puisi indah sudah tak dapat lagi mewakili perasaan ini
Biarlah ku nikmati kehampaan ini
Mungkin air mata yang tulus
Akan lebih bermakna daripada tawa penuh dusta
Semoga kerinduan ini kan segera berakhir
Seiring ku dapatkan kerinduan baru yang lebih bermakna
Dan dapat membuat ku bahagia
oleh: Dahyee Poetra

2011/08/02

waktu tak berganti

aku yang dikutuk rupamu, menjadi kolam yang tergenang, berkaca di hutanmu, bercermin di rimbamu, seketika kutemukan dua larik penantian, yang satu adalah kebesaran gelisah yang menimbun jalan pulangku, dan kemudian di puntung terakhir kecemasan, mengepul sekumpulan kangen yang kabut : Kurasakan Hujan Sedang menyakitimu.
dan aku tidak sedang menggelar malam pada pelataran tanggal, atas nama rindu yang sedang mencari rupanya : kudengar gerimis sedang membantaimu
kangen yang menumpuk sudah mengepulkan asap
sementara di samping rumah ada pesta pernikahan
kulihat kedua mempelai bahagia
sangat bahagia..!!
tiba-tiba aku ingat kau
dengan segenap rasa tak berdaya
#mungkin kau tahu, kau telah ajarkan aku rasanya sendiri
dengan begitu lengkap
tidak juga pada foto dalam bingkai. pesan-pesan singkat dan percakapan cinta beberapa tahun lalu yang kadang masih mengulang bila dikenang, aku mabuk- mabuk yang berat dan panjang- setelah menulis sajak-sajak tentang kepergian, tentang rahim yang diceritakan pada tong sampah dan kolong jembatan, kadang di halaman rumah mewah yang didalamnya penuh pertengkaran. lalu esoknya aku dikenalkan bahwa mabuk dan sadar sama-sama diciptakan dalam kenyataan.
sampai disini bicara, aku ingin kau membaca betapa udara adalah musuh paling tajam di ujung mukamu, dan angin bukanlah lukisan, yang semesta buat bergetar untuk mencatat, sudah berapa banyak kata-kata yang hanyut ke langit. menyampaikan bagaimana Tuhan hadir sebelum sejengkal langkah dan setarik nafas, pun sebelum kita sempat berbuat baik atau dosa.
musim telah memecah belah kita, dalam kemarau panjang dan hujan yang tak berkesudahan, sementara kita sendiri menyadari kebaikan mewujud pada tempat paling rendah dan paling tinggi. lihatlah mereka berdoa menatap ke langit setelah itu mereka bersujud sampai kening mereka serendah kaki.
demikianlah tercatat. tidak akan pernah ada ketakutan untuk berbuat baik, dan seharusnya kebenaran adalah buah dari segala peristiwa, akar dari segala rencana, dan bunga dari segala hikmah- hingga kehidupan pantas dijadikan taman untuk mengisi kelanjutan cerita kelak, -kematian-
biarlah rindu berkecimpung di alirnya waktu
mungkin akan ada catatan, jalan dan pohon aru
tentang gadis pantai yang mengikat rambutnya menjadi abu
ia membiarkan kita mengenang masa, saat ia meminta gerhana membuat wajahnya di laut.
entah berapa kata yang kutuliskan di halaman yang telah penuh daun kering
menunggu hujan aku padamu, menunggu pasir-pasir hanyut ke selokan
meminta radang kesepianku lebih tenggelam lebih dalam lagi
menemui ajalnya di balik batu kali yang mengigil
ikan-ikan menuju muara
ia begitu lelah, mengendap di balik sampah-sampah masa lalu yang masih bergairah
seperti kataku beberapa waktu lalu.
: kita isi hidup tidak dengan sekedar mengumbar kangen, tidak lantas membuat cinta seolah-olah sepanjang pesan singkat yang harus dibalas. cinta itu disitu, dimuara menuju samuderanya. bersatu bersama waktu. bersama ajal lautan dan gunung-gunung. bersatu bersama keadaan yang nyata, tidak butuh ilusi, untuk memastikan apakah di dompetku masih tersimpan fotomu.
seperti peluk yang khusyu'
pagi tidak kembali
pada petikan yang serupa
saatnya tiba
puisi berjalan pada takdirnya
untuk ditulis kembali
untuk dibaca sepanjang hayatnya
tiba waktunya
energi kita pulang pada sarangnya
dan yang sisa
adalah kertas-kertas masalalu yang diisi kenangan melebihi ukuran tubuhnya.
pada tanah
diceritakan televisi yang penuh gambar
kematian tidak punya arus, tidak punya kabel,
lihat saja betapa mudahnya ia padam
dan telah sampai aku pada setumpuk kesakitan,
antri dalam kota mimpi yang sedang dibuahi hujan,
jalan-jalan sepi, cemara dan taman kota bercinta sendiri-sendiri,
trotoar pecah dan lampu jalan memuncak ke langit, meninggalkan gelap menyepi di sudut hari, mungkin akan ada kejutan saat kau pulang
mendapatiku telah menyatu menjadi bau aspal
pada satu tanggal yang kisah aku melihat kau hadir sebagai satu-satunya yang melengkapi,
sebagai satu-satunya tempat menyatu, bersekutu, berpadu, berdecak, bersiul, berdengung, bahkan menggetarkan seluruh kesepianku, tanpa sadar aku sedang mencari kesunyian yang kau bawa
- mencari dirimu dalam lembar-lembar yang semakin meninggalkanku.
bahkan ruang kelas dan segenap catatan membusuk di sela jari-jari
mereka berjalan, dengan segenap harapan yang menjadi-jadi